BERITA FEATURE (6/6)
Berdamai dengan Mimpi
“When you try your
best, but you don’t succeed
When you feel so
tired, but you can’t sleep”
Coldplay
– Fix You
Oleh:
Siti Aisyah Rahmatillah
1643010095
Kelas
B
![]() |
BINGUNG: Menentukan arah setelah berdamai dengan mimpi,
memang tidak mudah seperti saat kita berada di persimpangan jalan
|
Beberapa
hari menjelang bulan April, kebanyakan siswa kelas 12 Sekolah Menengah Atas
(SMA), menjadi semakin sibuk. Tak lama lagi, mereka akan menghadapi berbagai
ujian untuk menentukan kelulusan dan masa depan yang pasti juga disertai dengan
pengumumannya. Banyak hal yang pastinya sudah mereka siapkan sejak jauh hari untuk
menghadapi ujian-ujian itu, seperti les dan mengerjakan latihan soal. Namun,
bagaimana dengan persiapan untuk menghadapi pengumumannya?
Pada
dasarnya, ujian yang dihadapi siswa kelas 12 SMA, selain untuk menentukan
kelulusan dari sekolah, juga ke jurusan dan kampus mana mereka akan melangkah
setelah lulus sekolah. Memang benar, seperti kata pepatah, banyak jalan menuju
Roma, kita juga punya banyak cara untuk mencapai apa yang ingin kita tekuni
setelah lulus sekolah. Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti) menyediakan 3 jalur untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri
(PTN). Di samping PTN, ada Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Selain PTN dan PTS,
masih banyak kampus lain yang juga bisa mengantarkan kita ke profesi yang kita
inginkan. Namun, masalah muncul ketika kita sudah mencoba semua cara yang kita mampu
untuk menggapai mimpi, namun takdir masih belum menyetujuinya. Padahal, menurut
kita, semua target di kehidupan kita ke depannya tidak akan bisa tercapai, jika
kita tidak masuk ke jurusan yang kita inginkan. Perasaan seperti yang disampaikan
Chris Martin, vokalis Coldplay, dalam lagunya yang berjudul Fix You tak pelak
akan kita rasakan.
Nabila
Marsya, mahasiswi jurusan Ekonomi Pembangunan, adalah salah salah seorang yang
pernah merasakannya. “Perasaanku waktu ngga keterima di Hukum Unair dan
ternyata keterimanya di Ekonomi Pembangunan UPN itu sedih luar biasa. Susah
buat terima aja sampai nangis-nagis gitu karena ngerasa kayak sia-sia aja udah
les, beli buku-buku latihan soal dan lain-lain tapi gabisa jadi lawyer kayak cita-citaku dari kecil”
ungkapnya.
Marsya
tentu bukan satu-satunya orang yang pernah berada di posisi itu. Jumlah bangku
di Perguruan Tinggi yang tidak sebanding dengan angka lulusan SMA menjadi salah
satu penyebab maraknya hal seperti ini terjadi. Selain itu, beberapa jurusan dan
kampus juga memiliki peminat yang jauh lebih banyak dibandingkan yang lain.
Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan ketika mengalami hal seperti ini?
Mencoba lagi di tahun selanjutnya dengan mengambil gap a year atau berdamai dengan keadaan yang ada adalah opsi yang
tersaji. Banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan untuk menentukan langkah.
Antara mengedepankan idealisme atau menjadi lebih realistis. Tidak ada pihak
yang lebih bisa menentukannya, kecuali diri kita sendiri. Kita boleh terus
berusaha, tetapi apabila kita sudah sampai pada pemikiran seperti “Sayang
sekali, kadang ada mimpi yang tidak bisa dicapai. Semua perjuangan dan situasi
telah menunjukkan bahwa saya tidak bisa mencapai mimpi yang itu.” Ini berarti
sudah saatnya kita untuk berhenti dan berdamai dengan keadaan yang ada, karena
terjebak pada satu mimpi dan mengabaikan yang lainnya, tentu bukanlah pilihan
yang baik.
Memang,
tidak semua orang bisa berpikir demikian, namun Marsya merasa kegagalan seperti
ini harus disikapi dengan simpel. Kalau kita tidak bisa mendapatkan apa yang
kita suka, kita harus menyukai apa yang sudah kita dapatkan dan jangan pernah
melakukan hal yang sama, kalau kita mau mendapatkan sesuatu yang berbeda. “Aku
tahu, mimpi ada memang untuk dikejar, namun pertanyaannya sampai kapan? Awalnya
aku juga kurang sreg sama jurusan ini meskipun aku sendiri yang memilih jurusan
ini saat tes SBMPTN, tapi setelah dijalanin ternyata aku nyaman bahkan mungkin
aku nggak akan senyaman ini kalau aku masuk di jurusan yang dulu aku mau”
“Ketika
kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi ending-nya
gak sesuai dengan apa yang kita harapkan ya kita harus coba untuk bisa masuk ke
dalam dunia itu, karena kita gak akan pernah tau apa yang akan kita dapat di
sana. Entah itu prestasi, jabatan, atau bahkan hal-hal yang enggak pernah
terpikirkan sama sekali” ucapnya.
Berdamai
dengan mimpi, bukanlah suatu bentuk kekalahan atau menyerah dalam berjuang. Hal
itu malah menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Tidak semua orang bisa
berdamai dengan mimpinya kemudian menemukan dan mengusahakan mimpi barunya.
Pada akhirnya, menyadari kalau semua yang diinginkan dan dimimpikan adalah
bukan yang terbaik untuk kita adalah suatu pemikiran yang bijak untuk
melanjutkan hidup yang lebih baik karena jiwa yang kuat dapat terbentuk dari
kegagalan-kegagalan di masa lalu.
![]() |
SWAFOTO:
Foto bersama dengan narasumber, Nabila Marsya
|
Komentar
Posting Komentar